Kami Relakan Cliff Pergi
Admin Spiritual Official Writer
Sumber Kesaksian: Noldie & Shirley A. Muntu
Masih hangat di telinga kita berita tentang kepergian almarhum Cliff Muntu, seorang praja tingkat dua dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang tewas diduga akibat kekerasan di kampusnya sendiri.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Di kampus inilah putra-putri kebanggaan daerah membawa cita-cita mulia dengan harapan satu saat mereka akan menjadi orang yang berguna bagi bangsa ini. Dan Cliff Muntu adalah salah satunya. Namun sayang, justru di tempat inilah putra kebanggaan daerah itu terenggut nyawanya secara tragis.
Cliff Muntu seorang putra Sulawesi Utara yang lahir tanggal 8 Juni 1987. Tidak disangka kalau ia harus meninggalkan dunia ini di usianya yang masih sangat muda. Sejak kecil Cliff dikenal sebagai anak yang pandai. Cliff bertumbuh menjadi seorang remaja yang disukai oleh teman-temannya. Dalam pergaulan Cliff selalu memegang prinsip-prinsip yang benar. Kepergian Cliff meninggalkan kenangan manis di hati kedua orang tuanya.
Ibu Sherly
"Cliff itu tidak pernah menyusahkan kami, tidak pernah macam-macam, tidak kenal namanya minum-minum, bahkan ia tidak merokok. Cliff sangat dekat kepada saya. Meskipun sudah besar, sudah kuliah di Sumedang, Jawa Barat, tapi kalau pulang ia sangat manja. Apa-apa harus disiapin. Tiap kali bangun pagi, dia selalu bilang : ‘ma, susu..... ma, telor rebus dua..... ma, minta ini....'. Papanya suka bilang sudah besar kok masih dimanjakan? Tapi saya mamanya, saya senang melakukannya. Saya senang memanjakannya. Adik Cliff ada dua - kembar perempuan - Cliff katakan pada saya : ‘Ma, saya akan bantu pendidikan adik-adik sampai selesai' katanya. Saya tidak menuntut hal itu, tapi Cliff yang tahu kemampuan orang tuanya terbatas dan ia ingin membantu. Cliff anak yang sangat berbakti."
Bapak Noldie
"Kenapa saya lihat dia agak beda itu karena karakter. Cliff memiliki karakter yang baik. Cliff banyak bergaul dan bertumbuh bersama teman-temannya dari lingkungan gereja. Ia punya satu buku dimana ia menulis cita-citanya, visi dan misinya. Ia ingin menjadi Walikota Menado tahun 2025. Ia ingin melakukan banyak hal untuk daerahnya. Ia ingin mengentaskan pengangguran, memperbaiki pendidikan dan perlunya perubahan. Saya bangga karena saya mau anak itu bisa melakukan hal-hal yang baik buat negara, buat lingkungannya, buat keluarganya juga. Maka waktu ia ingin kuliah di IPDN kami sangat mendukungnya."
Kini Cliff telah pergi untuk selamanya. Namun cita-citanya yang begitu mulia diharapkan satu saat dapat terwujud. Cliff Muntu seorang putra Indonesia yang bercita-cita membangun bangsa. Namun pada tanggal 2 April 2007 nyawa Cliff tidak tertolong karena kekerasan yang menimpanya di Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Jenazah Cliff langsung diterbangkan ke Manado. Orang tua Cliff tidak pernah menyangka kalau mereka akan menyambut kepulangan Cliff dengan air mata.
Bapak Noldie
"Jadi ada salah satu temannya Cliff yang kuliah di sana. Orang tuanya menyampaikan melalui telepon bahwa Cliff itu sedang dirawat di rumah sakit karena sakit lever. Dan jam 6 pagi baru saya dapat informasi bahwa Cliff itu sudah tidak tertolong. Pada waktu dengar itu sebenarnya saya ada rasa curiga juga. Karena tidak mungkin dia sakit tapi orang tua tidak tahu. Apalagi penyakit lever pasti kan ada gejala-gejala awalnya. Masa langsung parah. Tapi walaupun begitu, saya masih berpikir positif. Lalu kita tahu dari media televisi bahwa kematiannya ada unsur lain. Ternyata kematian Cliff itu bukan karena sakit tapi karena penganiayaan. Pernah sih di bulan Desember lalu dia nyeletuk dadanya sakit. Waktu dia cerita soal dada itu, saya kaget juga. Cuma karena dia bilang sudah agak baikan, saya percaya dia bisa mengatasi hal itu karena memang saya tanya : ‘Cliff, kamu bisa ikuti ga pendidikan di sana' dan dia bilang : ‘oh bisa pa' karena dia merasa dia mampu dan saya anggap dia juga laki-laki, harus kuat tidak boleh manja-manja. Saya tidak masalah."
Ibu Sherly
"Saya tidak pernah ada firasat macam-macam tentang kepergian Cliff karena saya berpegang pada janji pemerintah bahwa tidak akan terjadi apa-apa lagi di IPDN. Dan saya menyesalkan juga kenapa kabar kematian Cliff itu kami dengar bukan dari institusi tapi dari teman anak kami. Saya masih ingat waktu kami mengantar Cliff terbang ke Pulau Jawa sampai akhirnya kita foto bertiga, dia masih sehat. Sekarang saya menjemput Cliff pulang dalam sebuah peti dengan pesawat kargo. Saya tidak kuat menanggung kesedihan hingga saya tidak sadarkan diri."
Tidak hanya orang tua Cliff yang berduka. Teman-teman Cliff juga sepertinya masih tidak percaya dengan kepergian Cliff.
Ibu Sherly
"Cliff punya 2 nomor hp yang sampai sekarang masih tetap saya hidupkan terus karena itu permintaan teman-temannya yang di IPDN. Jadi kalau mereka kangen, mereka bisa sms seakan-akan dia masih ada. Tapi sebenarnya kan Cliff sudah sama-sama di rumah Bapa sana ya. Tapi masih ada sms dari temannya : ‘Cliff, saya kangen, kamu dimana?' ....... 'Cliff, PR nomor dua kamu kan belum bilang'. Jadi kadang saya mau ketawa, mau nangis, kalau ada sms begitu. Cliff suka bilang ke teman-temannya ada dua hal yang dia mau katanya. Satu, kalau dia kembali ke rumah Bapa, dia mau tetap dikenang, dikenal semua orang. Kedua, meninggal di dalam pendidikan adalah satu kehormatan."
Reaksi kedua orang tua Cliff terhadap kasus kematian anak mereka.
Ibu Sherly
"Sebagai seorang ibu, kepergian Cliff itu saya benar-benar merasa kehilangan. Tapi, soal para pelaku, saya dari awal sudah mengampuni, sudah memaafkan. Saya juga mau masyarakat luas juga jangan terlalu memojokkan anak-anak ini. Kasian.... Saya juga jadi berpikir ke keluarganya, ke orang tuanya. Sudahlah, Cliff sudah senang di rumah Bapa di Surga. Tapi anak-anak ini kan sudah dipenjara, mana mau ganti rugi, sudah dipecat coba...."
Bapak Noldie
"Sebagai orang tua, saya memaafkan mereka, mengampuni mereka. Mereka juga harus menyadari kesalahan itu dan meminta ampun kepada Tuhan baik mereka melakukannya secara langsung atau tidak langsung."
Penjelasan orang tua Cliff mengenai alasan kuat mereka untuk melepaskan pengampunan dan bagaimana perjuangan mereka untuk mengampuni pelaku penganiaya Cliff Muntu.
Bapak Noldie
"Alasannya pertama karena kita melihat bahwa sebenarnya anak-anak itu mereka hanya korban dari sistem. Dan Tuhan juga yang mempersiapkan kami dengan memberikan kemampuan kepada kami untuk mengampuni mereka. Jadi sebelum-sebelumnya kita banyak berada dalam suatu persekutuan, kita banyak diberi Firman dan kita banyak diajar untuk selalu dekat dengan Tuhan, selalu berdoa, membaca Firman sehingga waktu kita memasuki hal-hal itu kita diberi kekuatan untuk menghadapi itu. Memang kita banyak mendapat peneguhan dari teman-teman, dari pendeta, bahwa pembalasan itu adalah milik Tuhan. Dari patokan itulah, dari Firman Tuhan kita bisa berjalan agak lega. Karena Firman Tuhan sendiri mengatakan kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Jadi dengan janji Firman Tuhan itulah kita berjalan ke depan"
Ibu Sherly
"Jujur memang sebelum kita bisa benar-benar mengampuni, itu juga ada proses. Saya juga suka berperang dengan jiwa saya sendiri. Tapi puji Tuhan, kalau kita bergantung kepada Tuhan, Tuhan akan selalu beri kekuatan,dan saat kita benar-benar bisa mengampuni, sukacita dan damai sejahtera itu benar-benar ada. Kesedihan memang ada karena kehilangan tapi damai sejahtera itu tidak bisa dibeli dimana-mana."
Pada tanggal 1 Mei 2007, orang tua Cliff mengunjungi IPDN. Mereka melihat tempat Cliff tidur, tempat Cliff mengalami penyiksaan oleh oknum senior-seniornya sampai akhirnya meninggal dunia. Yang sungguh luar biasa, orang tua Cliff mendoakan tempat Cliff Muntu dipukuli hingga tewas.
Bapak Noldie
"Kami berdoa kepada Tuhan Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kami, agar apa yang terjadi di tempat ini Tuhan, agar Tuhan mengampuni mereka semua Tuhan. Kami sudah mengampuni mereka dan kami percaya terlebih lagi Engkau ya Tuhan pasti mengampuni mereka juga. Kami memberkati tempat ini agar supaya di kemudian hari tidak terjadi lagi Cliff - Cliff lain. Tidak ada lagi korban di tempat ini maupun di tempat yang lain."
Ibu Sherly
"Kami mengampuni mereka seperti Engkau mengampuni kami. Terima kasih Tuhan Yesus karena Engkau juga beracara di dalam kehidupan kami."
Komentar teman-teman Cliff di IPDN mengenai sobat mereka tercinta, Cliff Muntu.
"Cliff itu orangnya tegar. Walaupun dia cape, dia ga pernah ngeluh."
"Tidak pernah menyerah. Dia orangnya kreatif"
"Dia pernah curhat di saya, dia bilang saya ikut pataka drumband ini, nanti saya akan tunjukkan ke saya punya mama dengan saya punya adik kembar, begitu dia bilang."
"Cliff terlalu baik buat saya."
"Cerdas, pendiam. Cliff itu orangnya tidak suka mengeluh."
"Julia pengen mengatakan sama Cliff kalau Julia ingin sekali berubah seperti yang Cliff mau. Julia lebih dewasa lagi, lebih bertanggung jawab dan ga manja lagi."
"Apa ya...pokoknya dia orangnya sangat bertanggung jawab."
"Ga bisa.... pokoknya kita kayak ga percaya gitu, kayak cuman....."
"Kalau saya perhatiannya, kalau sama putri perhatiannya...bukan sama putri aja, sama putra juga. Biasanya kalau ada masalah-masalah pasti dia yang bantu."
"Memang sih rasa kehilangan itu tetap ada. Tapi buat apa juga kan. Sudah terjadi terus kita juga memang harus belajar dari masalah ini supaya ke depannya lebih baik lagi."
"Kita juga semua merasa kehilangan atas kepergiannya Cliff"
"Cliff, perjuanganmu itu membuat perubahan yang sangat besar."
"Saya cuman pengen bilang, Cliff, kamu luar biasa. Itu aja." Matius 6:12,14-15 ...dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.
Halaman :
1